Penanaman Bakau Project-1

Project-1, Penanaman 10.000 bibit Bakau yang dilakukan oleh Tim Jagad Lestari di wilayah Desa Bhinar Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo Jawa Timur.

Penanaman Bakau Project-2

Project-2, Penanaman 10.000 bibit bakau oleh Tim Jagad Lestari, Lokasi penanaman di Wilayah Desa Sumberanyar Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo Jawa TImur.

Perkembangan Project-1

Perkembangan bibit bakau yang di tanam dalam Project-1 sudah mulai menampakkan hasil (hidup), walaupun masih banyak kendala dilapangan, terkait dengan sampah.

Problem di Project-1

Beginilah kondisi dilapangan, Tim Jagad Lestari harus bekerja ekstra untuk mempertahankan kehidupan bibit bakau yang sudah mulai bersemi, dengan rajin-rajin membersihkan sampah di batang-batang bakau.

Sabtu, 25 Februari 2012

Harmoni Hutan Gambut Indonesia, Kekayaan Bangsa

Seperti tulisan saya sebelumnya bahwa bumi Indonesia memiliki luas hutan tropis dan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Belantara bangsa ini memiliki 10% spesies tanaman dunia juga 12% spesies mamalia, 16% spesies reptilia dan amfibi , serta 17% dari spesies burung di seluruh dunia ada di Indonesia.

Sekarang saya mengajak Anda lebih dekat dengan ragam hutan Indonesia yang terdiri dari hutan dataran rendah, hamparan keindahan gambut dan hutan dataran tinggi terbentang dari Aceh, perbatasan Riau-Jambi hingga Papua.

Kali ini saya akan cerita tentang kekayaan alam hutan gambut Semenanjung Kampar, Riau.

Tetapi apa itu gambut?
Gambut merupakan substansi organik yang terurai sebahagian yang terbentuk di lahan basah atau akumulasi sisa-sisa tumbuh-tumbuhan, kayu-kayu besar yang setengah membusuk. Dan seiring waktu, material ini menjadi gambut yang memiliki kandungan organik dan karbon paling kaya dibanding jenis tanah lainnya.


Di Asia Tenggara, lahan gambut diperkirakan menyimpan 42 miliar ton karbon dan sekitar 80% atau 35 miliar ton dari jumlah itu tersimpan di bumi Indonesia. Sementara di permukaannya, kekayaan lahan gambut tak kalah besar, ini terlihat dari banyaknya kehidupan yang bergantung pada kelestariannya.

Riau merupakan provinsi dengan luas gambut terbesar di Indonesia yakni 4,044 juta hektar atau 56,1 % dari luas total gambut di Sumatra.Hamparan terbesarnya ada di Semenanjung Kampar, Kabupaten Pelalawandi mana terdapat empat danau Suaka Margasatwa dan dua kubah gambut dengan kedalaman lebih dari 20 meter.

Semenanjung Kampar merupakan rumah bagi penduduk asli suku Akit yang mendiami bagian utara hutan gambut ini. Mereka adalah para nelayan air tawar, pemburu dan petani. Sementara di bagian selatan didiami oleh masyarakat suku Melayu yang juga bergantung pada hutan dan sungai-sungai yang mengalir dari hutan gambut.

Hutan alam rawa ini memiliki kekayaan fauna sangat tinggi seperti harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatrae), ikan arwana, buaya muara dan beruang madu. Bahkan dalam laporan Setting Priorities for the Conservation and Recovery of Wild Tigers: 2005-2015”yang dipublikasikan WWF dan beberapa LSM, Semenanjung Kampar adalah satu lansekap konservasi harimau kelas dua yang artinya memiliki habitat memadai untuk 50 individu harimau. Sementara di alam bebas, jumlah harimau tersebut kini hanya terdapat 400 ekor.

Lalu apa artinya kekayaan itu bagi dunia?
Kelestarian gambut ini ternya berperan penting menjaga keseimbangan iklim global. Ah, betapa pentingnya sepenggal hamparan gambut di Semenanjung Kampar tak hanya bagi masyarakat lokal, hewan tetapi juga bagi dunia.

Saya sendiri bersyukur pernah menyusuri hutan gambut itu melalui Sungai Serkap pada 2009 lalu. Sebuah sungai yang tenang, keheningan alam yang bersimponi dengan suara kicauan burung dan mamalia di pepohonan. Melintasi rumah-rumah panggung yang dihuni secara berkala untuk menangkap ikan dan menjualnya di akhir bulan di pasar-pasar desa. Kelestarian Semenanjung Kampar menyediakan kehidupan bagi masyarakat sekitarnya.

Sumber : Greenpeace Indonesia dan ditulis oleh Rahma Shofiana, Juru Kampanye Media - 22 Februari, 2012 di 14:53

Minggu, 19 Februari 2012

Penyulaman 300 Bibit Bakau

Sekitar Jam 05.30 WIB Kami berangkat ke lokasi penyulaman di Wilayah Desa Bhinor (Project-1), keadaan sebagian tanaman bakau memang memperihatinkan sebagian hilang tersapu badai, sebagian masih bertahan, dan sebagiannya lagi patah-patah dan mati.

Kegiatan yang dilakukan di lokasi, hampir 90% melakukan penyulaman, karena lahan penanaman yang berbatu sehingga memakan waktu yang lumayan lama, selain tenaga yang ada cuma 3 orang dan alat yang terbawa cuma satu. Jadi kami memutuskan 2 orang menangani penyulaman, dan seorang lagi melakukan pembersihan sampah yang menyangkut di batang dan ranting bakau.

Sekitar pukul 08.00 WIB air laut sudah mulai pasang, dan alhamdulillah penyulaman sudah selesai, sehingga waktu yang tersisa sebelum benar-benar air laut pasang, kami gunakan bersama-sama untuk memaksimalkan pembersihan batang dan dahan bakau yang masih penuh dengan sampah.

Sekitar jam 08.45 air laut sudah mulai sampai di bibir pantai dan pembersihan yang kami lakukan juga selesai, akhirnya kami ucapkan sayonara. (jen_190212)

Senin, 06 Februari 2012

Hasil Rapat

Rapat kemarin menghasilkan beberapa kesepakatan bersama bahwa Minggu depan tanggal 12 Pebruari 2012, akan mengadakan penyulaman terhadap Mangrove/Bakau yang kemarin sempat dihantam banjir. Kesepakatan jumlah yang akan ditanam adalah sekitar 500 bibit Mangrove/Bakau, Lokasi yang akan kita tanami/sulami ada di project-1 di Wilayah Bhinor (KB).